"Saya kecewa dengan kebijakan perusahaan ini.
Saya sudah bekerja selama 10 tahun, sampai saat ini masih jadi supervisor. Tapi si Budi yang baru kerja 4 tahun disini, sudah dipromosikan jadi Manager. Saya sungguh tidak mengerti, kenapa Management perusahaan begitu tidak adil, begitu buta matanya.
Saya merasa tidak dihargai!"
=========================================
Keluhan seperti ini sering terdengar di kalangan profesional. Mereka merasa jerih payah mereka tidak dihargai oleh perusahaan. Ada profesional yang bekerja bahkan sudah 10 – 15 tahun, tetapi tidak
dipromosikan, sedangkan orang-orang yang relatif baru masuk, sudah
diangkat jabatannya. Mengapa bisa seperti ini ? Ada beberapa penyebab
yang membuat orang seperti diatas tidak dipromosi.
1. Paradigma Senioritas vs Paradigma Kontribusi
Banyak orang berpikir bahwa promosi berdasarkan berapa lama ia bekerja. Padahal, pola pikir seperti ini sudah tidak berlaku lagi di jaman sekarang. Dunia bisnis semakin kompetitif. Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang bisa menunjukkan prestasi dan memberikan kontribusi diatas rata-rata. Lamanya Anda bekerja tidak jadi pertimbangan promosi jika Anda tidak menunjukan prestasi yang maksimal.
Banyak orang berpikir bahwa promosi berdasarkan berapa lama ia bekerja. Padahal, pola pikir seperti ini sudah tidak berlaku lagi di jaman sekarang. Dunia bisnis semakin kompetitif. Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang bisa menunjukkan prestasi dan memberikan kontribusi diatas rata-rata. Lamanya Anda bekerja tidak jadi pertimbangan promosi jika Anda tidak menunjukan prestasi yang maksimal.
2. Penguasaan "Ketrampilan Tehnis" vs "Ketrampilan Non-Teknis"
Seorang karyawan mengeluh bahwa dia merasa tidak diperlakukan adil oleh perusahaan. Rekannya kerjanya yang baru masuk kerja dan ia yakini memiliki keterampilan jauh dibawahnya mendapatkan promosi.
Seorang karyawan mengeluh bahwa dia merasa tidak diperlakukan adil oleh perusahaan. Rekannya kerjanya yang baru masuk kerja dan ia yakini memiliki keterampilan jauh dibawahnya mendapatkan promosi.
Menanggapi
keluhan karyawan di atas, atasannya berkomentar: "Perusahaan mempunyai
alasan untuk menunda promosinya. Setiap pemberian tugas yang sedikit
lebih berat dari biasanya, ia akan protes. Keterlambatannya dalam
sebulan bisa lebih dari 1 jam. Ide yang tidak disetujui akan membuatnya
berubah menjadi tidak menyenangkan. Dengan rekan-rekan kerjanya, ia
terkenal antik, suka emosional kalau kemauannya tidak diikuti".
Prestasi
seseorang akan dinilai dari dua ketrampilan yang ia miliki, yaitu
ketrampilan tehnis dan ketrampilan non tehnis. Ketrampilan tehnis adalah
ketrampilan dasar yang berkaitan dengan tugas-tugas utamanya, misalnya
Supervisor Accounting harus menunjukan ketrampilan accounting, seorang Salesman, harus memiliki selling skill.
Sedangkan
ketrampilan non-tehnis berkaitan dengan kejujuran, kedisplinan,
kepatuhan, kemampuan kerja sama dengan orang lain, ketahanan didalam
menghadapi tekanan-tekanan, kemampuan berkomunikasi dengan baik,
kemampuan bereaksi secara positif didalam menghadapi berbagai rintangan,
dan sifat –sifat lainnya.
Jadi aspek ketrampilan non-tehnis bicara tentang ATTITUDE.
Sebelum
dipromosi, setiap karyawan akan diuji dua aspek oleh perusahaan, yaitu
ketrampilan tehnis dan non-tehnis. Mayoritas orang tidak lulus dalam
pengujian aspek non-tehnis. Dan biasanya pengujian tersebut akan
dilakukan dalam waktu yang panjang, dan bisa bertahun-tahun, untuk
menentukan apakah orang ini bisa dijadikan partner kerja top management.
3. Mentalitas anak-anak
Banyak orang tidak menyadari bahwa kalau kita bekerja, kita sedang menjual keterampilan kita. Harga kita tergantung seberapa besar kualitas keterampilan yang dijual. Beberapa karyawan memiliki mentalitas anak-anak yang tidak pernah akan mau belajar terus menerus untuk meningkatkan kualitas ketrampilannya. Ia merasa rugi untuk bekerja keras, bekerja lebih produktif, bekerja dengan menunjukan prestasi. Karena fokusnya adalah upah yang ia terima.
Banyak orang tidak menyadari bahwa kalau kita bekerja, kita sedang menjual keterampilan kita. Harga kita tergantung seberapa besar kualitas keterampilan yang dijual. Beberapa karyawan memiliki mentalitas anak-anak yang tidak pernah akan mau belajar terus menerus untuk meningkatkan kualitas ketrampilannya. Ia merasa rugi untuk bekerja keras, bekerja lebih produktif, bekerja dengan menunjukan prestasi. Karena fokusnya adalah upah yang ia terima.
Orang
seperti ini ingin menuai tetapi tidak mau menanam. Mau mendapatkan
tetapi tidak mau memberi. Mau berhasil, tetapi tidak mau menjalankan
prosesnya. Padahal segala aspek dalam kehidupan ini berlaku, APA YANG
ANDA TABUR, ITU YANG ANDA TUAI.
Ciri-ciri karyawan yang memiliki mentalitas anak-anak :
# Selalu menuntut, tetapi sedikit berbuat .
# Selalu menyalahkan lingkungan kondisi, tetapi tidak penah intropeksi.
# Selalu menuntut syarat terlebih dahulu, baru bersedia mau melakukan sesuatu.
# Menginginkan sukses yang cepat, tetapi tidak mau menjalankan prosesnya.
# Tidak pernah mau belajar dari kesalahan lalu.
Bila Anda memiliki anak buah yang memiliki ciri-ciri seperti diatas, apakah Anda mau beresiko untuk mempromosikan dia ke jenjang yang lebih tinggi?
# Selalu menuntut, tetapi sedikit berbuat .
# Selalu menyalahkan lingkungan kondisi, tetapi tidak penah intropeksi.
# Selalu menuntut syarat terlebih dahulu, baru bersedia mau melakukan sesuatu.
# Menginginkan sukses yang cepat, tetapi tidak mau menjalankan prosesnya.
# Tidak pernah mau belajar dari kesalahan lalu.
Bila Anda memiliki anak buah yang memiliki ciri-ciri seperti diatas, apakah Anda mau beresiko untuk mempromosikan dia ke jenjang yang lebih tinggi?
4. No Easy Success
Tidak ada keberhasilan yang mudah didalam dunia ini. Tidak ada pekerjaan yang gampang dengan rintangan yang sedikit. Bila Anda menginginkan promosi ke jenjang yang lebih tinggi, Anda harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang lebih berat. Apabila saat ini Anda diberikan beban ”masalah” dengan takaran seperti sekarang, pertanyaannya, apakah Anda sanggup mengatasinya? Bila Anda belum sanggup menyelesaikannya, apakah Anda sanggup memikul beban yang lebih berat pada jenjang jabatan yang lebih tinggi?
Tidak ada keberhasilan yang mudah didalam dunia ini. Tidak ada pekerjaan yang gampang dengan rintangan yang sedikit. Bila Anda menginginkan promosi ke jenjang yang lebih tinggi, Anda harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang lebih berat. Apabila saat ini Anda diberikan beban ”masalah” dengan takaran seperti sekarang, pertanyaannya, apakah Anda sanggup mengatasinya? Bila Anda belum sanggup menyelesaikannya, apakah Anda sanggup memikul beban yang lebih berat pada jenjang jabatan yang lebih tinggi?
Banyak
karyawan dan profesional yang mengeluh tentang kesulitan dan rintangan
yang ia hadapi. Dan banyak diantara mereka memiliki pola pikir ”Kalau
rintangannya tidak seberat ini, pasti saya bisa menyelesaikan tugas ini
dengan tuntas” Justru Anda sedang diuji, apakah Anda sanggup mengatasi
masalah dan beban seperti ini. Kalau Anda bisa dan berhasil, Anda bisa
berbangga diri, karena menambah koleksi ketrampilan yang baru lagi.
Kesimpulannya, coba Anda ukur diri, apakah Anda sudah menjadi seorang
PROBLEM SOLVER, artinya setiap diberi tugas-tugas ( baik yang berat
maupun ringan ), Anda sudah bisa selesaikan dengan tuntas tanpa banyak
mengeluh & tuntutan.
Kalau
bisa selesai, dan selalu bisa selesai, coba Anda tambahkan lagi tingkat
kesukarannya, dan tinjau lagi, apakah Anda berhasil tidak ? Kalau
belum, latihan terus hingga berhasil. Dengan kata lain, bila posisi Anda
sekarang adalah Supervisor, coba uji diri Anda, apakah Anda sanggup
mengangkat beban kerja seorang Manager? Apakah anda sudah memiliki
berbagai ketrampilan yang dibutuhkan oleh seorang Manager? Bila belum,
sekali latihan terus hingga berhasil. Dan selalu ingat : tidak ada
keberhasilan tanpa perjuangan gila-gilaan. Semuanya ada harga yang harus
dibayar. Dan seringkali, harganya mahal untuk bisa berhasil.
Source : http://ecahyono.blogspot.com/