Jumat, 30 Oktober 2009

Tingkatkan Kecerdasan Emosi Anda

Belakangan ini seringkali dibahas bahwa kecerdasan emosi sangat berpengaruh bagi kemajuan dan kesuksesan karier seseorang. Seseorang yang memiliki intelegensia bagus tanpa didukung oleh kecerdasan emosi akan sulit untuk mencapai tangga karir tertinggi. Kecerdasan emosi itu sendiri merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan, mengelola, dan mengatur emosinya.

Jika Anda memiliki kecerdasan emosi Anda dapat memotivasi diri, tidak mudah frustasi, dan yang terpenting Anda mampu mengendalikan stres. Kecerdasan emosi juga akan menambah ketrampilan dan kecakapan sosial Anda. Karena Anda mampu memahami dan membina hubungan dengan orang lain, mampu bekerja sama dengan anggota tim dan memiliki sikap toleransi dan kompromis terhadap orang-orang di sekeliling Anda. Tentu saja hal ini berpengaruh bagi karir Anda.

Lalu bagaimana mengasah kecerdasan emosi? Berikut ini merupakan ketrampilan dalam mengasah dan meningkatkan kecerdasan emosi anda:

Kenali emosi diri
Untuk mengenali emosi diri sendiri, coba identifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, dan kesepian.

Lepaskan emosi negatif

Pahami dampak emosi negatif terhadap diri sendiri. Misalnya jika Anda mudah marah dan frustasi dapat merusak hubungan dengan rekan sekerja maupun bos. Jika stres, Anda tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Karena itu jika Anda tengah emosi karena suatu masalah, tahan keinginan Anda untuk marah, buang emosi agar jangan sampai meledak. Sehingga orang-orang tidak akan terkena dampak negatif dari emosi negatif Anda. Tenangkan diri Anda kemudian cari solusi dalam keadaan yang lebih nyaman.

Kelola emosi Anda

Saat berbagai emosi melanda pikiran, cobalah kendalikan emosi Anda. Usahakan agar emosi tidak membuat Anda melakukan tindakan destruktif. Kemudian ketahuilah pesan yang disampaikan emosi dan yakinkan bahwa Anda mampu menangani segala macam persoalan yang akan dihadapi. Jangan mengambil keputusan dalam keadaan emosi karena hasilnya tidak akan obyektif. Ingat, kemampuan mengelola emosi merupakan bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri. Karena sesungguhnya Andalah yang harus mengendalikan emosi bukan sebaliknya.

Motivasi diri sendiri

Dengan pengendalian emosi yang baik, Anda dapat memotivasi diri dalam melakukan sesuatu. Dengan motivasi diri akan memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang bisa memotivasi dirinya sendiri cenderung lebih produktif dan efektif setiap mengejakan apapun.

Kenali emosi orang lain

Selain memahami dan mengenali emosi sendiri, Anda juga harus mengenali emosi orang lain. Dengan demikian Anda akan mudah memahami orang lain. Karena Anda memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Ketrampilan ini membuat Anda lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain di sekeliling Anda.

Kelola emosi orang lain

Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang hebat jika Anda dapat mengoptimalkannya. Sehingga Anda pun mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Semakin tinggi kemampuan Anda mengelola emosi orang lain semakin mudah pula bagi Anda untuk bekerja sama membangun sukses.

Memotivasi orang lain

Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerjasama tim yang tangguh dan handal.

Jangan lupa, manusia merupakan mahluk emosional.
Jika Anda dapat meningkatkan kecerdasan emosi, Anda akan dengan mudah mencapai tujuan hidup. Bagi Anda yang sudah memiliki kecerdasan intelegensia, lengkapi kecerdasan itu dengan kecerdasan emosi sehingga jalan untuk menuju sukses pun semakin terbentang luas.

Senin, 26 Oktober 2009

SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
____________________________________________________________
________
A. JUDUL PENELITIAN
Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Strategi Peta Konsep disertai Penulisan Jurnal dalam Setting Pembelajaran Konsep Kimia Karbon yang Didasari Konstruktivisme (Penelitian Kolaboratif Jurusan P.MIPA FKIP Untan dan SMU Negeri 7 Pontianak)

B. BIDANG ILMU : Pendidikan Kimia

C. PENDAHULUAN
Mata Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa saat ini. Akibatnya, banyak siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) yang tidak berhasil dalam belajar kimia. Djoyonegoro (dalam Kompas, 1995) menyatakan bahwa diantara para siswa SMU berkembang anggapan bahwa mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan mata pelajaran tersulit dan menjadi momok di kalangan mereka.
Hasil penelitian yang dilakukan Pendley, Bretz dan Novak (1994) menunjukkan pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan dari pada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia tersebut. Nakhleh (1992) juga mengungkapakan bahwa cara belajar seperti itu menyebabkan sebagian konsep-konsep kimia masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa, bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Dengan demikian, untuk dapat memahami konsep-konsep dalam kimia diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep tersebut.
Kenyataan, pembelajaran IPA termasuk kimia yang tampak saat ini adalah gaya mengajar guru yang selalu mendrill siswa untuk menghafalkan berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu sendiri, dengan alasan untuk mengejar target ujian akhir (Hadiat, 1994). Akibatnya, siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang fundamental pada saat mereka belajar kimia.
Konsep Kimia Karbon merupakan salah satu konsep kimia yang cukup abstrak dan sulit dipahami siswa SMU ataupun mahasiswa. Hasil survey peneliti pada 57 mahasiswa semester 2 FKIP Untan yang mengikuti matakuliah Kimia Dasar 2 tahun 2003, ditemukan bahwa hanya 20% dari 57 mahasiswa yang mampu mengerjakan soal pada taraf ketuntasan di atas 70%. Bagian materi yang sukup bermasalah untuk sebagian besar mahasiswa adalah Kimia Karbon. Materi ini dianggap sulit oleh beberapa mahasiswa, dengan alasan untuk memahami materi tersebut selain harus dapat mengingat jenis-jenis senyawanya, juga harus dapat mengenal struktur dasar/gugus fungsionalnya dan dapat menuliskan ataupun menggambarkan rumus struktur dari senyawanya. Selanjutnya, dari hasil survey tahun 2003 di SMU Negeri 7 Pontianak ditemukan bahwa hanya 44% dari 82 siswa yang tergolong berada di atas tingkat ketuntasan belajar tentang Kimia Karbon. Hasil wawancara dengan beberapa siswa terungkap bahwa materi ini tergolong sulit karena menuntut siswa untuk mengembangkan nalar dan penguasaan beberapa konsep yang mendasari konsep senyawa karbon.
Dari hasil diskusi dengan para guru kimia dalam pertemua mingguan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia di Pontianak terungkap bahwa guru mata pelajaran kimia juga kesulitan dalam menyampaikan materi kimia karbon ini pada siswa. Mereka sukar mencari metode, strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran materi tersebut, dengan alasan ketidakmampuan siswa mengembangkan nalarnya untuk menggambarkan rumus struktur dari senyawa karbon, dan ketidakmampuan siswa dalam menguasai konsep dasar untuk menuliskan reaksi yang terjadi antara dua senyawa karbon. Untuk itu, sangat diperlukan suatu kondisi belajar bermakna yang dapat menjadikan siswa dapat memahami konsep kimia karbon tersebut, salah satu caranya dengan menggunakan strategi peta konsep.
Strategi peta konsep merupakan salah satu cara untuk membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat pada suatu bidang studi (Novak dan Gowin dalam Ebenezar, 1992). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa peta konsep sangat baik sebagai alat pembelajaran dan memberikan dampak positif bagi siswa dalam belajar kimia (Harton, 1993; Roth dan Roychoundhury, 1993; Trowbridge & Wandersee, 1994; Rusmasyah, 2003)
Berdasarkan analisis situasi/latar belakang di atas, ditemukan bahwa materi kimia karbon masih menjadi permasalahan di tingkat SMU maupun tingkat perguruan tinggi. Hal tersebut dirasakan sendiri oleh peneliti sebagai pengajar selama 6 tahun terakhir. Dengan demikian, sudah selayaknya para siswa SMU, diberikan pembelajaran bentuk lain; yang mengarah pada belajar bermakna dan kreatif. Sehingga diharapkan dapat memberikan perubahan ke tingkat yang lebih baik melalui strategi peta konsep (Concept Mapping) disertai tugas penulisan jurnal (Journal Writing) dalam setting pembelajaran konsep kimia karbon yang didasari konstruktivisme.

D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan bagian pendahuluan sebelumnya, permasalahan dalam penelitian ini adalah: tindakan apa saja yang dilakukan pengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia karbon?
Agar dapat menjawab permasalahan dimaksud, maka dibagi dalam rincian sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman siswa SMU Santo Petrus pada konsep Kimia Karbon?
2. Apakah strategi Peta Konsep disertai Tugas Penulisan Jurnal dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada konsep Kimia Karbon?

E. TINDAKAN YANG DIPILIH
Beberapa pilihan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah:
1. Memberikan tes awal tentang materi Kimia Karbon pada siswa SMU Santo
Petrus Pontianak.
2. Melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran materi Kimia Karbon
melalui strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal dalam setting pembelajaran konstruktivisme pada siswa SMU Santo Petrus Pontianak dengan tahap-tahap sebagai berikut:
l.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan diantaranya: mempersiapkan materi (buku pelajaran dan buku catatan), merancang pembelajaran menggunakan strategi peta konsep yang disertai tugas penulisan jurnal, mempersiapkan alat evaluasi dan cara penskorannya.
b. Tahap Pembahasan Tes Awal
Pada tahap ini pengajar membahas hasil tes awal dengan metode diskusi dan tanya jawab.
c. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini pengajar menyebutkan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, memberikan apersepsi, menjelaskan materi kimia karbon dengan strategi peta konsep sebagai berikut: menentukan konsep-konsep yang relevan dari buku pelajaran atau catatan, menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas, memetakan konsep itu berdasarkan kriteria: konsep yang paling umum di puncak, menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi dan garis penghubung, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti. Selama tahap penyajian materi pengajar memberikan umpan balik sesering mungkin.
d. Tahap Penugasan (Tugas Menulis Jurnal)
Pemberian tugas kepada siswa dimaksudkan untuk mempedalam pemahaman siswa tentang materi yang baru dipelajari. Tugas yang diberikan dikerjakan di ruang kelas, maupun di rumah, dan dikumpulkan pada pertemuan minggu berikutnya. Setiap tugas yang terkumpul, akan diberikan komentar sebagai umpan balik dari pengajar.
d. Tahap Tes Hasil Belajar
Pada tahap ini akan dilakukan 2 kali tes/ kelas, yakni tes awal dan akhir pembelajaran (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Tes dikerjakan secara individu mandiri dalam waktu 45 menit. Tes awal diberikan sebelum pembelajaran menggunakan strategi peta konsep yang disertai penulisan jurnal dan strategi konvensional, bertujuan untuk melihat pemahaman/hasil belajar awal siswa dalam materi kimia karbon. Tes akhir diberikan bertujuan untuk melihat pemahaman/hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan strategi peta konsep yang disertai tugas penulisan jurnal. Setelah kedua tes telah dilaksanakan, maka 2 minggu kemudian dilakukan tes lagi di kelas konstrol dan eksperimen, yang disebut dengan tes daya ingat. Tes ini bertujuan untuk melihat apakah konsep kimia karbon yang sudah dimiliki dapat bertahan lama pada kedua kelas.

F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Peta Konsep
Menurut Novak (1984) dan Gawith (1988) peta konsep adalah suatu istilah tentang strategi yang digunakan guru untuk membantu siswa mengorganisasikan konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan antara satu konsep dengan konsep lain dikenal sebagai proposisi. Selanjutnya, peta konsep yang diperkenalkan oleh Novak pada tahun 1985 (Dahar, 1988) dalam bukunya Learning How to Learn, peta konsep merupakan suatu alat yang efektif untuk menghadirkan secara visual hirarki generalisasi-generalisasi dan untuk mengekspresikan keterkaitan proposisi dalam sistem konsep-konsep yang saling berhubungan.
Pada peta konsep, konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung. Konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain.
Dahar (1988) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1. Peta Konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat “melihat” bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep.
3. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.
4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Dari ciri-ciri peta konsep di atas terlihat bahwa peta konsep dapat memperlihatkan jalinan antara konsep yang satu dengan lainnya, dimana konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata penghubung sehingga terbentuklah proposisi. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain.
Novak dan Gowin (dalam Ebenezer, 1992) menyatakan bahwa manfaat peta konsep adalah untuk membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat pada suatu bidang studi. Gawith (1988) dan Sia. A.P. (1995) menyatakan manfaat peta konsep bagi siswa sebagai berikut:
1. membantu untuk mengidentifikasi kunci konsep, menaksir/ memperkirakan hubungan pemahaman dan membantu dalam pembelajaran lebih lanjut.
2. membatu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian.
3. membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep pembelajaran.
4. membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya.
5. mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam bentuk kata-kata.
6. membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta (yang baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya.
7. belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar.

Selanjutnya, Gawith (1988) dan Sia. A.P. (1995) menyatakan manfaat peta konsep bagi guru sebagai berikut:
1. membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih sederhana, merencanakan dan memulai suatu topik pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2. membantu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian.
3. membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep pembelajaran.
4. membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya.
5. mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam bentuk kata-kata.
6. membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta (yang baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya.
7. belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar.

Dari pendapat Gawith dan Sia. A.P di atas, terlihat bahwa peta konsep tidak hanya berguna bagi siswa saja, melainkan bagi guru juga. Jadi, strategi peta konsep dapat membuat apa yang dipelajari siswa lebih mudah diingat dan dipahami, sedangkan bagi guru dapat menjadi suatu petunjuk bagaimana menghubungkan antara konsep yang satu dengan lainnya dalam suatu rencana pengajaran.

2. Teori Konstruktivis dan Peta Konsep
Teori konstruktivis berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemprosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain. Penganut konstruktivis berpendapat guru tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuan jadi pada siswanya. Agar pengetahuan yang diberikan bermakna, siswa sendirilah yang harus memproses informasi yang diterimanya, menstrukturnya kemabali dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam proses ini, guru berperan memberi dukungan dan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide mereka sendiri dan strategi mereka dalam belajar.
Ide pokok dari teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri. Otak mahasiswa dianggap sebagai mediator, yakni memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Jadi pembelajaran merupakan kerja mental yang aktif, dan bukan menerima secara pasif pembelajaran dari guru. Beberapa prinsip teori konstruktivis menurut Driver (Suparno, 1997:49) sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun siswa sendiri, baik secara personal maupun
sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari dosen ke mahasiswa,
kecuali dengan keaktifan mahasiswa sendiri untuk menalar.
3. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
Konstruksi siswa berjalan mulus.

Menurut pendapat ahli konstruktivis di atas, dalam pembelajaran siswa diharapkan mampu membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Guru bertindak sebagai fasilisator agar proses pembentukan tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran, salah satu diantaranya menggunakan strategi peta konsep. Dalam pembelajaran ini siswa membangun pengetahuannya sendiri. Mereka tidak hanya menerima dan memantulkan kembali apa yang dijelaskan atau yang mereka baca. Siswa berusaha menemukan dan membuat sendiri struktur pemahaman dari konsep yang telah dimiliki dengan konsep yang baru.
Wheatley (1991) mereview dua prinsip utama pandangan konstruktivisme. Prinsip pertama menyatakan bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dibangun secara aktif oleh individu (Thornton & Wilson, 1993). Prinsip kedua, menyatakan bahwa fungsi kognisi adalah adaptif dan berguna dalam pengorganisasian pengalaman. Konstruktivisme menganggap pengetahuan merupakan refleksi dari realitas eksternal yang ada (Rose, 1993). Hasil interaksi terhadap realitas lingkungannya, menyebabkan siswa masuk ke kelas dengan berbagai konsep awal yang dibangun dari interaksi tersebut(Abraham et.al, 1992; Katu, 1995). Terbatasnya informasi yang diterima saat berinteraksi dengan lingkungan dan terbatasnya kemungkinan untuk menguji keunggulan pengetahuan yang dibangun, dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi (Katu, 1995).
Siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep matematika, sebelum mereka mengikuti pelajaran. Namun, terkadang konsep yang dibangun siswa menyimpang dari konsep yang benar menurut ilmuwan (miskonsepsi) (Osborne & Cosgorove, 1983; Gilbert & Watt, 1983). Oleh karena itu, apabila guru mengajar tanpa memperhatikan miskonsepsi siswa sebelum pelajaran, guru sukar berhasil menanamkan konsep yang benar (Van den Berg, 1991). Konsekwensinya, konsep awal siswa perlu diidentifikasi dan dipahami dosen, sebagi titik awal dalam perubahan konseptual (Dreyfus, et.al., 1990). Perubahan konseptual adalah proses untuk mengubah konsepsi awal siswa yang salah dengan konsep baru yang lebih sesuai atau konsisten dengan konsep ilmiah (Fisher, 1993).

3. Penelitian yang Relevan Tentang Peta Konsep
Telah banyak penelitian yang mengemukakan bahwa peta konsep sangat baik sebagai alat pembelajaran dan memberikan dampak positif bagi siswa dalam belajar mengajar kimia (Mason, 1992; Harton, 1993; Roth dan Roychoudhury, 1993; Trowbridge & Wandersee, 1994).
Berkaitan dengan pemahaman siswa, hasil penelitian Cavallo dan Schafer (1994) menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara orientasi belajar bermakna melalui penggambaran peta konsep dengan pemahaman siswa. Selain itu, dalam kegiatan pengajaran di laboratorium, Stensvold dan Wilson (1992) menyebutkan peta konsep akan meningkatkan keefektifan siswa dalam memahami konsep-konsep praktikum.
Hasil penelitian Pendley, Bretz dan Novak (1994) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa yang tidak membangun konsep-konsep dan proposisi-proposisi mengalami kehilangan dari memori secara cepat, dibandingkan jawaban siswa yang menstruktur pengetahuan dalam memori dengan membuat peta konsep untuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Sejalan dengan penelitian ini, hasil penelitian Novrianto (2000) menunjukkan bahwa prestasi dan retensi belajar siswa yang diajar dengan peta konsep memperoleh hasil yang labih baik dibanding prestasi dan retensi belajar siswa yang diajar tanpa peta konsep.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa strategi peta konsep dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami konsep yang diajarkan guru.

4. Strategi Peta Konsep yang Disertai Tugas Penulisan Jurnal
Strategi peta konsep merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran yang didasari konstruktivisme, yang digunakan guru untuk membantu siswa mengorganisasikan konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep, yakni:
1. Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan
Bahan bacaan dapat dipilih dari buku pelajaran atau bahan bacaan yang lain seperti buku catatan atau LKS.
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan.
Mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling umum ke yang paling tidak umum (khusus) atau contoh-contoh.
3. Menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan
konsep-konsep itu berdasarkan kriteria: konsep yang paling umum di puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan abstraksi yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah konsep yang lebih umum.
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu
untuk membentuk proposisi dan garis penghubung.
5. Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agae menjadi lebih baik dan berarti.
6. Dalam penskoran, peta konsep yang dibuat dalam bentuk menyatakan hubungan diberi skor 11, hirarki diberi skor 3, cabang diberi skor 7, dari umum ke khusus diberi skor 3, hubungan silang diberi skor 2, skor total 26.
(Ausubel, D.P., 1978; Novak J.D, 1984; Ault, Novak and Gowin, 1988).

Tugas Penulisan Jurnal (Journal Writing) merupakan pengembangan dari bentuk latihan yang direalisasikan dalam sebuah tulisan. Posamentier (1995:10-11) mengatakan bahwa dalam literatur psikologi diakui bahwa seseorang yang menyatakan secara verbal materi yang dipelajarinya akan mempunyai ingatan yang lebih baik, dan seseorang yang menuliskan konsep yang baru dipelajarinya mempunyai ingatan yang jauh lebih tepat dari seseorang yang tidak belajar demikian. Penulisan jurnal cukup potensial untuk mengembangkan konsep/materi yang telah diberikan guru (Galbraith dkk, 1996). Bagi siswa yang tekun mencari dan mengembangkan suatu konsep/materi dari sumber-sumber yang bervariasi dan mutakhir, penulisan jurnal akan efektif sekali (Gates, 1996). Stix (1994) menambahkan bahwa penulisan jurnal oleh siswa dapat mendorong mereka untuk mengembangkan konsep yang berguna bagi diri siswa dalam memahami konsep/materi.

G. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian tindakan ini sebagai berikut:
1. mengetahui pemahaman siswa SMU Santo Petrus pada materi Kimia Karbon.
2. Mengetahui perubahan pemahaman siswa pada materi Kimia Karbon setelah dilakukan pembelajaran menggunakan strategi Peta Konsep disertai Penulisan Jurnal.


H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Jika sejumlah tindakan yang dikembangkan dan diimplementasikan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat menyelesaikan fokus masalah penelitian, maka hasilnya diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pihak berikut.
1. Bagi siswa
a. Melatih dalam melakukan pengorganisasian terhadap konsep-konsep yang
kompleks.
b. Menumbuhkan motivasi internal dalam mata pelajaran Kimia.
c. Melatih sikap mandiri dalam belajar..
d. Membentuk sikap cermat dan teliti.
2. Bagi guru
a. Menelusuri miskonsepsi siswa akan konsep yang dipelajari.
b. Membantu untuk merencanakan instruksional pembelajaran dan evaluasinya.
c. Tidak terlalu “menggurui” siswa.
3. Bagi FKIP
a. Dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
b. Memiliki model-model pembelajaran alternatif yang kreatif.

I. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMU Santo Petrus Pontianak pada siswa kelas II. Siswa ini diberikan tes awal, dengan tujuan untuk melihat pemahaman awal siswa sebelum diajar materi kimia karbon. Hasil analisa tes awal, juga digunakan untuk rujukan penyusunan tindakan yang akan dilakukan.

2. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil analisis tes awal, dirancang alternatif-alternatif tindakan yang akan dilakukan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus atau lebih. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai. Adapun sasaran pembelajaran yang ingin dicapai setiap siklus sebagai berikut:
- Siklus 1 : strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal di sekolah.
- Siklus 2 : strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal di rumah.
- Siklus 3 : strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal di rumah atau
di sekolah.
- Siklus 4 : jika pembelajaran belum pada taraf ketuntasan yang memadai,
maka dilanjutkan siklus berikutnya.
Secara lengkap, prosedur penelitian tindakan untuk siklus pertama dapat dija-
barkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
i. Membuat skenario pembelajaran yang merujuk pada strategi peta konsep
yang disertai penulisan jurnal dalam setting konstruktivisme.
ii. Membuat lembar observasi, bertujuan untuk melihat kondisi pembelajaran
pada saat strategi peta konsep diaplikasikan.
iii. Merancang alat peraga atau chart yang relevan untuk memudahkan siswa
memahami konsep kimia karbon pada saat pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi
Peta konsep yang disertai dengan tugas penulisan jurnal dalam setting pem- belajaran konstruktivisme.

c. Observasi
Pada tahap dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggu-
nakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini, tindakan dilaksanakan oleh pengajar (guru) sedangkan tim peneliti lain (dosen) sebagai
observer.
d. Refleksi
Pada tahap ini, pengajar (guru) dapat merefleksi diri berdasarkan hasil analisis observasi dan diskusi pada anggota tim peneliti yang lain; untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman dan mencapai ketuntasan belajar pada konsep kimia karbon. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini, akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.


Untuk memperjelas tindakan, berikut disajikan alur penelitian tindakan kelas.


Jika belum selesai, maka lanjut ke siklus 3 dan seterusnya

3. Data dan Cara Pengambilannya
a. Sumber Data : Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas II yang
nilai rata-rata kelas untuk tes formatif mata pelajaran kimia
paling rendah dibandingkan kelas yang lain dan seluruh
anggota Tim Peneliti.
b. Jenis data : Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan
kualitatif yang terdiri dari:
1). Hasil belajar
2). Rencana Pembelajaran
3). Lembaran hasil observasi pelaksanaan pembelajaran
c. Cara Pengambilan Data
Untuk keperluan analisis, maka data diperoleh melalui hal-hal sebagai berikut:
1). Data tentang hasil belajar diperoleh melalui tes awal dan tes akhir.
2). Data tentang keterkaitan dan kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
didapat dari Rencana Pembelajaran dan lembar observasi.
3). Data tentang situasi pembelajaran pada saat pelaksanaan diperoleh melalui lembar
observasi.

4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori dan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
“ Jika guru melaksanakan strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal dalam setting pembelajaran kimia karbon yang didasari konstruktivisme sesuai dengan rancangan yang telah disusun, maka pemahaman siswa terhadap konsep kimia karbon dapat meningkat”

5.Indikator Kinerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila penguasaan siswa tentang materi kimia karbon telah menxapai tingkat ketuntasan belajar minimal 75%.















6. Tim Peneliti dan Tugasnya
No. Nama T U G A S Jam Kerja
1 Peneliti 1 1) Mencari informasi di lapangan ttg permasalahan domi-
nan yg sering dihadapi oleh guru dan siswa bersama
tim peneliti lain.
2) Mencari masukan dari beberapa guru, mhs dan siswa
melalui wawancara terbuka.
3) Merumuskan masalah bersama tim peneliti lain.
4) Merancang praproposal bersama tim peneliti lain.
5) Merancang Skenario pembelajaran untuk tindakan ber-
sama tim peneliti lain.
6) Melaksanakan observasi dalam pelaksanaan tindakan
bersama tim yang lain.
7) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tindakan bersama
tim yang lain.
8) Melaksanakan analisis data dan refleksi bersama tim
peneliti lain.
9) Merancang dan menyusun laporan penelitian bersama
tim yang lain.



15 jam/
Minggu
2 Peneliti 2 1) Mencari informasi di lapangan ttg permasalahan domi-
nan yg sering dihadapi oleh guru dan siswa bersama
tim peneliti lain.
2) Mencari masukan dari beberapa guru, mhs dan siswa
melalui wawancara terbuka.
3) Merumuskan masalah bersama tim peneliti lain.
4) Merancang praproposal bersama tim peneliti lain.
5) Merancang Skenario pembelajaran untuk tindakan ber-
sama tim peneliti lain.
6) Melaksanakan observasi dalam pelaksanaan tindakan
bersama tim yang lain.
7) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tindakan bersama
tim yang lain.
8) Melaksanakan analisis data dan refleksi bersama tim
peneliti lain.
9) Merancang dan menyusun laporan penelitian bersama
tim yang lain.


15 jam/
Minggu

3 Guru/Pengajar 1) Sumber utama wawancara untuk mencari informasi ttg
permasalahan dominan.
2) Merumuskan masalah bersama tim peneliti lain.
3) Merancang praproposal bersama tim peneliti lain.
4) Merancang Skenario pembelajaran untuk tindakan ber-
sama tim peneliti lain.
5) Melaksanakan tindakan sedangkan tim yang lain seba-
gai observer.
6) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tindakan bersama
tim yang lain.
7) Melaksanakan analisis data dan refleksi bersama tim
peneliti lain.
8) Merancang dan menyusun laporan penelitian bersama
tim yang lain.



15 jam/
Minggu


J. JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Persiapan
- Koordinasi instansi terkait/perijinan x
- Survey lapangan (mencari teori & fakta
pendukung permasalahan) x
- Penyusunan & diskusi rancangan proposal
Desain x x
- Merancang draft instrumen penelitian x

2. Pelaksanaan
- Penyusunan instrumen penelitian x
- Penyusunan rancangan pembelajaran menggu-
nakan strategi peta konsep disertai tugas pe-
nulisan jurnal x x
- Pelaksanaan SIKLUS 1 x
- Perbaikan pelaksanaan Siklus 1 (hasil diskusi
keg. Observasi 1 dan refleksi 1) x
- Penyusunan rancangan pembelajaran menggu-
nakan strategi peta konsep disertai tugas pe-
nulisan jurnal x x
- Pelaksanaan SIKLUS 2 x
- Perbaikan pelaksanaan Siklus 2 (hasil diskusi
keg. Observasi 2 dan refleksi 2) x
- Penyusunan rancangan pembelajaran menggu-
nakan strategi peta konsep disertai tugas pe-
nulisan jurnal x x
- Pelaksanaan SIKLUS 3 x
- Perbaikan pelaksanaan Siklus 3 (hasil diskusi
keg. Observasi 3 dan refleksi 3) x
- Uji kemampuan materi kimia karbon x
- Wawancara pada siswa x
- Analisis Data X

3. Laporan
- Penyusunan draft laporan x
- Seminar hasil penelitian x
- Penyusunan laporan akhir x
- Penggandaan laporan x
- Pengiriman laporan x













K. PERSONALIA PENELITIAN

LAMPIRAN 1
DAFTAR PUSTAKA


Abraham, M.R. et.al. (1992). Understanding and Mis-understanding of Eighth
Graders of Five Chemistry Concept Fomed in textbook. Journal of Research in Science Teaching, 76(12), 105 – 120. New York: John Wiley & Sons.

Cavallo, A.M.L. & Schafer, L.E. (1994). Relationship Between Students Meaningful
Learning Orientation and Their Understanding of Genetics Topics.
Journal of Research in Science Teaching, 31(4): 393-418.

Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Djoyonegoro, W. (1995). Kimia Jadi Momok Karena Abstrak. Kompas12 Januari.

Ebenezer, J.V. 1992. Making Chemistry Learning More Meaningful. Journal of
Chemical Education, 69(6): 464-467.

Gawit, Gwen. (19888). Action Learning: Student Guide to Research and Informa-
tion Skill. Auckland : Longman Paul LTD.

Hadiat. (1994). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat di Indonesia. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.

Harton, B.H. (1993). An Investigation of the Effectiveness of Concept Mapping As
an Instructional Tool. Science Education, 77(1): 95 – 111.

Katu, N. (1995). Konsep Awal Siswa, Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Mereka
Atas Konsep-konsep Sains yang diajarkan Guru. Makalah: Materi Penataran dan Lokakarya Pengajaran Fisika Dasar. HEDS-IKIP Padang.

Mason, C.L. (1992). Concept Mapping: A Tool to Develop Reflective Science
Instruction. Science Education, 76(1): 51-63.

Nakhleh, M.B. (1992) Why Some Students Don’t Learn Chemistry. Journal of
Chemichal Education, 69(3): 191 – 196

Novak, J.D. (1984). Twelve-Year- Longitudinal Case Studies for Science Concept
Learning”. Science Education, 69(2).

Novrianto, Adien. (2000). Keefektifan Strategi Pengajaran Menggunakan Peta
Konsep Ditinjau dari Prestasi dan Retensi Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 7 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.


Pendley, B.D., Bretz, R.L., dan Novak, J.D. (1994). Concept Maps As a Tool To
Asses Learning in Chemistry. Journal of Chemical Education, 71(1): 9-15.

Roth, W.M. & Roychoudhury. (1993) The Concept Map As a Tool for the
Collaborative Instruction of Knowledge. A Microanalysis of High School Physics Students. Journal of Research Teaching. 30(5):503-534.

Sia, Archie P. (1995). Metacognitive Strategies for Teaching Science Concept.
Journal of Science and Mathematics Education in S.E. Asia, Volume XVIII No 1, pp 16-23.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius :
Yogyakarta.

Thornton, C.A. & Wilson, S.J. (1993). Classroom Organisation and Models of
Instructions dalam R.J. Jenson (ED). Research Ideas for Classroom: Early Chilhood Mathematics. New York: Mc-Millan.

Trowbridge, J.E. & Wandersee, J.H. 1994. Identifying Critical Junctures in Learning
in a College Course on Evaluation. Journal of Research in Science Teaching. 31(5): 459 – 473.

Van den Berg, E. (1991). Salah Konsep dan Pengelolaan Data dalam Otak
Manusia. Jogyakarta:UKSW FPMIPA.


Wheatley, G.H. (1991). Constructivist Perspectives on Science and Mathematics
Learning. Journal of in Science Teaching. NewYork:JohnWiley&Son 35(1).

















LAMPIRAN 2
RIWAYAT HIDUP

1. Ketua
a. Nama Lengkap : Dra. Eny Enawaty, M.Si
b. NIP : 131 991 234
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tempat/Tgl Lahir : Riau, 24 Mei 1966
e. Alamat : Jl.Perdana Kompleks Bali Agung II Blok E
No. 12 Pontianak
f. Jabatan Sekarang : Staf Pengajar Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Untan
g. Riwayat Pendidikan :
- Sarjana Pendidikan Kimia IKIP Jogyakarta. Tamat tahun 1991
- Master Jurusan Kimia UNHAS Ujung Pandang. Tamat tahun 1998.

h. Pengalaman Penelitian:
1) Upaya Meningkatkan Penguasaan Siswa tentang Konsep-Konsep Kimia
Melalui Strategi Peta Konsep di SMU (Tahun 2000)
2) Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Daya Ingat Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif-Konstruktivisme Disertai Tugas Penulisan Jurnal
Pada Mata Kuliah Kimia Dasar I (Tahun 2003)

1. Anggota
a. Nama Lengkap : Dra. Hairida, M.Pd
b. N I P : 131 930 096
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tempat/Tgl Lahir : Pontianak/6 Nopember 1966
e. Alamat : Jl. Parit.H.Husin II AA.24 Pontianak
f. Jabatan Sekarang : Staf pengajar Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Untan
g. Riwayat Pendidikan :
- Sarjana Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Pontianak. Tamat Tahun
1990.
- Master Jurusan Pendidikan IPA (Kimia) IKIP Bandung (UPI Bandung).
Tamat tahun 1997.
h. Pengalaman Penelitian :
1) Upaya Meningkatkan Penguasaan Siswa tentang Konsep-Konsep Kimia
Melalui Strategi Peta Konsep di SMU (Tahun 2000)
2) Penerapan Pendekatan Mengajar STS yang Didasari Konstruktivisme
dalam Pengajaran Kimia Di SMU (Tahun 2001)
3) Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Daya Ingat Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif-Konstruktivisme Disertai Tugas Penulisan Jurnal
Pada Mata Kuliah Kimia Dasar I (Tahun 2003)


2. Anggota
a. Nama Lengkap : Fransisca Sri Mulyani
b. N I P :
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tempat/Tgl Lahir : Surakarta/19 Maret 1971
e. Alamat : Jl. Dr. Sutomo Gg.Sarikaton No.56 Pontianak
f. Jabatan Sekarang : Staf pengajar di SMU Santo Petrus Pontianak

g. Riwayat Pendidikan :
- Sarjana Pendidikan Kimia FKIP UNS Solo. Tamat Tahun 1995.

h. Pengalaman Penelitian :
- Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Kimia Melalui Pembelajaran
Kooperatif pada Pokok Bahasan Persamaan Reaksi Bagi Siswa SMU Santo
Petrus Pontianak.
















LAMPIRAN 3

ANGGARAN DANA PENELITIAN


I. Biaya Persiapan
a. Fotocopy, pengumpulan teori dan fakta pendukung masalah Rp. 200.000,00
b. Transport rapat persiapan, penentuan jadwal, dll; utk 3 orang Rp. 60.000,00
c. Menyusun rancangan proposal penelitian Rp. 60.000,00
d. Merancang draft instrumen Rp. 75.000,00
e. Konsumsi rapat Rp. 45.000,00
f. Biaya koordinasi dengan pihak terkait di lapangan Rp 75.000,00

Jumlah Biaya Persiapan Rp 515.000,00



II. Biaya Operasional
Perincian berikut berlaku untuk setiap siklus
1. Perencanaan Tindakan
a. Observasi awal; transport 3 peneliti @ Rp 20.000 Rp 60.000,00
b. ATK untuk observasi Rp. 40.000,00
2. Rapat Tim Peneliti 3 orang
a. Transport @ Rp 20.000 Rp. 60.000,00
b. Konsumsi @ Rp 10.000 Rp. 30.000,00
3. Pembuatan instrumen penelitian
a. Transport pembuatan pemb.koperatif dgn penulisan jurnal
oleh 3 peneliti @ Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
b. Pembuatan instrumen observasi oleh 3 peneliti
@Rp 40.000,00 Rp. 120.000,00
c. Pembuatan instrumen tes oleh 3 peneliti @Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
4. ATK
a. Kertas duplikator 2 rim @ Rp. 15.000 Rp. 30.000,00
b. Pita//Catridge printer Rp. 40.000,00
c. Spidol, kertas, buku tulis, plastik transparan Rp. 35.000,00
5. Biaya implementasi tindakan
a. Honor pengajar Rp. 120.000,00
b. Biaya observasi dan Evaluasi utk 3 peneliti @Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
c. Transport observ. & eval. utk 3 peneliti @ Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
6. Biaya analisis dan refleksi
a. Transport & konsumsi tabulasi data ; 3 org @Rp.75.000,00 Rp. 225.000,00
b. Transport & konsumsi analisis data1; 3 org @Rp.75.000,00 Rp. 225.000,00
c. Transport & konsumsi analisis data2; 3 org @Rp.75.000,00 Rp. 225.000,00

Jumlah biaya operasional 1 siklus Rp. 1.690.000,00

I. Biaya operasional untuk 4 siklus @ Rp 1.380.000,00 Rp. 6.760.000,00
II. Biaya Operasional Rp. 1.690.000,00
III.Biaya Pelaporan










III. Biaya Pelaporan
1. Penulisan draf laporan 4 bab- 7 hari x 3 orang @Rp40.000,00 Rp. 840.000,00
2. Penggandaan naskah laporan utk seminar lokal 30 eks
@Rp10.000,00 Rp. 300.000,00
3. Konsumsi seminar 30 orang @ Rp 12.500,00 Rp. 375.000,00
4. Transport peserta seminar 30 orang @ Rp 10.000,00 Rp. 300.000,00
5. Pembelian ATK seminar Rp. 135.000,00
6. Penyebaran dan penggandaan undangan serta surat-surat lain Rp. 80.000,00
7. Transport 3 orang panitia @ Rp 30.000,00 Rp. 90.000,00
8. Perbaikan draf laporan 2 hari x 3 peneliti x Rp. 25.000,00 Rp. 150.000,00
9. Penggandaan, penjilidan, pengiriman laporan
25eks x Rp.15.000,00 Rp. 375.000,00
10. Pembuatan artikel hasil penelitian Rp. 80.000,00

Biaya Pelaporan Rp. 2.725.000,00

Garis besar biaya yang diperlukan:
I. Biaya Persiapan Rp. 515.000,00
I. Biaya operasional untuk 4 siklus @ Rp 1.380.000,00 Rp. 6.760.000,00
III.Biaya Pelaporan Rp. 2.725.000,00


Total dana penelitian yang diperlukan Rp. 10.000.000,00

Pontianak, 13 Pebruari 2003 Mengetahui,
Ketua





Dra. Hairida, M.Pd
NIP. 131 930 096












CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Dra. Hairida, M.Pd
N I P : 131 930 096
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Pontianak/6 Nopember 1966
Alamat : Jl. Parit.H.Husin II AA.24 Pontianak
Jabatan Sekarang : Staf pengajar Jurusan PMIPA FKIP

Riwayat Pendidikan
1. Sarjana Pendidikan Matematika FKIP UNTAN PTK Tahun 1990.
2. Master PMIPA IKIP Bandung (UPI Bandung), Tamat tahun 1997.

Pengalaman Penelitian
3. Penggalian Penguasaan Guru tentang Konsep-Konsep Matematika Melalui
Penyusunan Peta Konsep di Sekolah Menengah Umum (Tahun 2000)
4. Bekal Awal Mahasiswa Tahun Pertama dalam Mata Kuliah Kalkulus Pada
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN (Tahun 2001)
5. Penalaran Mahasiswa tentang Matematika Dasar Pada Program Studi Pendidikan Matematika (Tahun 2001)
6. Penerapan Model Mengajar Koperatif-STAD yang Didasari Konstruktivisme
Pada Siswa SMU Negeri 6 PONTIANAK (Tahun 2002)


Pontianak, 13 Pebruari 2003
Yang membuat pernyataan:


Dra. Hairida, M.Pd





HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
___________________________________________________________________________
1. Judul Penelitian :
Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Strategi Peta Konsep Disertai Tugas Penulisan Jurnal Dalam Setting Pembelajaran Konsep Kimia Karbon yang Didasari Konstruktivisme
(Penelitian Kolaboratif Jurusan P.MIPA FKIP Untan dan SMU Negeri 7 Pontianak)
b. Bidang Ilmu : Pendidikan Kimia
c. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Eny Enawaty, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131991234
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan MIPA
f. Universitas/Institut : Tanjungpura
3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 (dua) orang
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Hairida, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata TK I/IIId/131930096
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Universitas/Fakultas/Jurusan : Tanjungpura /KIP/Pendidikan MIPA
4. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dede Hidayat, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131805090
d. Jabatan Fungsional : -
e. Nama Sekolah : SMU Negeri 7 Pontianak
5. Kerjasama dengan Institusi lain :
a. Nama Institusi :-
b. Alamat :-
c. Telepon/Faks/e-mail :
6. Lama Waktu Penelitian : 10 (sepuluh) bulan
7. Biaya Penelitian yang diperlukan :
a. Sumber dari Depsiknas : Rp. 10.000.000,-
b. Sumber lain : -
__________________________________________________________________________________________
Pontianak, 26 Januari 2004
Mengetahui:
Kepala SMU Negeri 7 Pontianak Ketua Peneliti,




(Drs. Abdurrakhim) (Dra. Eny Enawaty)
NIP. 131121030 NIP. 131991234
Mengetahui:
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Tanjungpura,



(Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc)
NIP. 130924553
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
___________________________________________________________________________
1. Judul Penelitian :
Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Strategi Peta Konsep Disertai Tugas Penulisan Jurnal Dalam Setting Pembelajaran Konsep Kimia Karbon yang Didasari Konstruktivisme
(Penelitian Kolaboratif Jurusan P.MIPA FKIP Untan dan SMU Negeri 7 Pontianak)
b. Bidang Ilmu : Pendidikan Kimia
c. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Eny Enawaty, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131991234
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan MIPA
f. Universitas/Institut : Tanjungpura
3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 (dua) orang
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Hairida, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata TK I/IIId/131930096
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Universitas/Fakultas/Jurusan : Tanjungpura /KIP/Pendidikan MIPA
4. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dede Hidayat, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131805090
d. Jabatan Fungsional : -
e. Nama Sekolah : SMU Negeri 7 Pontianak
5. Kerjasama dengan Institusi lain :
a. Nama Institusi :-
b. Alamat :-
c. Telepon/Faks/e-mail :
6. Lama Waktu Penelitian : 10 (sepuluh) bulan
7. Biaya Penelitian yang diperlukan :
a. Sumber dari Depsiknas : Rp. 10.000.000,-
b. Sumber lain : -
__________________________________________________________________________________________
Pontianak, 26 Januari 2004
Mengetahui:
Kepala SMU Negeri 7 Pontianak Ketua Peneliti,




(Drs. Abdurrakhim) (Dra. Eny Enawaty)
NIP. 131121030 NIP. 131991234
Mengetahui:
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Tanjungpura,



(Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc)
NIP. 130924553






Sutrisno. (1996). Pendidikan di Indonesia Perspektif dan Antisipasinya. Suara Merdeka. h.7.








SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
____________________________________________________________________
A. JUDUL PENELITIAN
Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Strategi Peta Konsep disertai Penulisan Jurnal dalam Setting Pembelajaran Konsep Kimia Karbon yang Didasari Konstruktivisme (Penelitian Kolaboratif Jurusan P.MIPA FKIP Untan dan SMU Negeri 7 Pontianak)

B. BIDANG ILMU : Pendidikan Kimia

C. PENDAHULUAN
Mata Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa saat ini. Akibatnya, banyak siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) yang tidak berhasil dalam belajar kimia. Djoyonegoro (dalam Kompas, 1995) menyatakan bahwa diantara para siswa SMU berkembang anggapan bahwa mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan mata pelajaran tersulit dan menjadi momok di kalangan mereka.
Hasil penelitian yang dilakukan Pendley, Bretz dan Novak (1994) menunjukkan pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan dari pada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia tersebut. Nakhleh (1992) juga mengungkapakan bahwa cara belajar seperti itu menyebabkan sebagian konsep-konsep kimia masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa, bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Dengan demikian, untuk dapat memahami konsep-konsep dalam kimia diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep tersebut.
Kenyataan, pembelajaran IPA termasuk kimia yang tampak saat ini adalah gaya mengajar guru yang selalu mendrill siswa untuk menghafalkan berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu sendiri, dengan alasan untuk mengejar target ujian akhir (Hadiat, 1994). Akibatnya, siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang fundamental pada saat mereka belajar kimia.
Konsep Kimia Karbon merupakan salah satu konsep kimia yang cukup abstrak dan sulit dipahami siswa SMU ataupun mahasiswa. Hasil survey peneliti pada 57 mahasiswa semester 2 FKIP Untan yang mengikuti matakuliah Kimia Dasar 2 tahun 2003, ditemukan bahwa hanya 20% dari 57 mahasiswa yang mampu mengerjakan soal pada taraf ketuntasan di atas 70%. Bagian materi yang sukup bermasalah untuk sebagian besar mahasiswa adalah Kimia Karbon. Materi ini dianggap sulit oleh beberapa mahasiswa, dengan alasan untuk memahami materi tersebut selain harus dapat mengingat jenis-jenis senyawanya, juga harus dapat mengenal struktur dasar/gugus fungsionalnya dan dapat menuliskan ataupun menggambarkan rumus struktur dari senyawanya. Selanjutnya, dari hasil survey tahun 2003 di SMU Negeri 7 Pontianak ditemukan bahwa hanya 44% dari 82 siswa yang tergolong berada di atas tingkat ketuntasan belajar tentang Kimia Karbon. Hasil wawancara dengan beberapa siswa terungkap bahwa materi ini tergolong sulit karena menuntut siswa untuk mengembangkan nalar dan penguasaan beberapa konsep yang mendasari konsep senyawa karbon.
Dari hasil diskusi dengan para guru kimia dalam pertemua mingguan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia di Pontianak terungkap bahwa guru mata pelajaran kimia juga kesulitan dalam menyampaikan materi kimia karbon ini pada siswa. Mereka sukar mencari metode, strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran materi tersebut, dengan alasan ketidakmampuan siswa mengembangkan nalarnya untuk menggambarkan rumus struktur dari senyawa karbon, dan ketidakmampuan siswa dalam menguasai konsep dasar untuk menuliskan reaksi yang terjadi antara dua senyawa karbon. Untuk itu, sangat diperlukan suatu kondisi belajar bermakna yang dapat menjadikan siswa dapat memahami konsep kimia karbon tersebut, salah satu caranya dengan menggunakan strategi peta konsep.
Strategi peta konsep merupakan salah satu cara untuk membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat pada suatu bidang studi (Novak dan Gowin dalam Ebenezar, 1992). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa peta konsep sangat baik sebagai alat pembelajaran dan memberikan dampak positif bagi siswa dalam belajar kimia (Harton, 1993; Roth dan Roychoundhury, 1993; Trowbridge & Wandersee, 1994; Rusmasyah, 2003)
Berdasarkan analisis situasi/latar belakang di atas, ditemukan bahwa materi kimia karbon masih menjadi permasalahan di tingkat SMU maupun tingkat perguruan tinggi. Hal tersebut dirasakan sendiri oleh peneliti sebagai pengajar selama 6 tahun terakhir. Dengan demikian, sudah selayaknya para siswa SMU, diberikan pembelajaran bentuk lain; yang mengarah pada belajar bermakna dan kreatif. Sehingga diharapkan dapat memberikan perubahan ke tingkat yang lebih baik melalui strategi peta konsep (Concept Mapping) disertai tugas penulisan jurnal (Journal Writing) dalam setting pembelajaran konsep kimia karbon yang didasari konstruktivisme.

D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan bagian pendahuluan sebelumnya, permasalahan dalam penelitian ini adalah: tindakan apa saja yang dilakukan pengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia karbon?
Agar dapat menjawab permasalahan dimaksud, maka dibagi dalam rincian sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman siswa SMU Santo Petrus pada konsep Kimia Karbon?
2. Apakah strategi Peta Konsep disertai Tugas Penulisan Jurnal dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada konsep Kimia Karbon?

E. TINDAKAN YANG DIPILIH
Beberapa pilihan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah:
1. Memberikan tes awal tentang materi Kimia Karbon pada siswa SMU Santo
Petrus Pontianak.
2. Melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran materi Kimia Karbon
melalui strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal dalam setting pembelajaran konstruktivisme pada siswa SMU Santo Petrus Pontianak dengan tahap-tahap sebagai berikut:
l.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan diantaranya: mempersiapkan materi (buku pelajaran dan buku catatan), merancang pembelajaran menggunakan strategi peta konsep yang disertai tugas penulisan jurnal, mempersiapkan alat evaluasi dan cara penskorannya.
b. Tahap Pembahasan Tes Awal
Pada tahap ini pengajar membahas hasil tes awal dengan metode diskusi dan tanya jawab.
c. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini pengajar menyebutkan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, memberikan apersepsi, menjelaskan materi kimia karbon dengan strategi peta konsep sebagai berikut: menentukan konsep-konsep yang relevan dari buku pelajaran atau catatan, menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas, memetakan konsep itu berdasarkan kriteria: konsep yang paling umum di puncak, menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi dan garis penghubung, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti. Selama tahap penyajian materi pengajar memberikan umpan balik sesering mungkin.
d. Tahap Penugasan (Tugas Menulis Jurnal)
Pemberian tugas kepada siswa dimaksudkan untuk mempedalam pemahaman siswa tentang materi yang baru dipelajari. Tugas yang diberikan dikerjakan di ruang kelas, maupun di rumah, dan dikumpulkan pada pertemuan minggu berikutnya. Setiap tugas yang terkumpul, akan diberikan komentar sebagai umpan balik dari pengajar.
d. Tahap Tes Hasil Belajar
Pada tahap ini akan dilakukan 2 kali tes/ kelas, yakni tes awal dan akhir pembelajaran (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Tes dikerjakan secara individu mandiri dalam waktu 45 menit. Tes awal diberikan sebelum pembelajaran menggunakan strategi peta konsep yang disertai penulisan jurnal dan strategi konvensional, bertujuan untuk melihat pemahaman/hasil belajar awal siswa dalam materi kimia karbon. Tes akhir diberikan bertujuan untuk melihat pemahaman/hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan strategi peta konsep yang disertai tugas penulisan jurnal. Setelah kedua tes telah dilaksanakan, maka 2 minggu kemudian dilakukan tes lagi di kelas konstrol dan eksperimen, yang disebut dengan tes daya ingat. Tes ini bertujuan untuk melihat apakah konsep kimia karbon yang sudah dimiliki dapat bertahan lama pada kedua kelas.

F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Peta Konsep
Menurut Novak (1984) dan Gawith (1988) peta konsep adalah suatu istilah tentang strategi yang digunakan guru untuk membantu siswa mengorganisasikan konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan antara satu konsep dengan konsep lain dikenal sebagai proposisi. Selanjutnya, peta konsep yang diperkenalkan oleh Novak pada tahun 1985 (Dahar, 1988) dalam bukunya Learning How to Learn, peta konsep merupakan suatu alat yang efektif untuk menghadirkan secara visual hirarki generalisasi-generalisasi dan untuk mengekspresikan keterkaitan proposisi dalam sistem konsep-konsep yang saling berhubungan.
Pada peta konsep, konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung. Konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain.
Dahar (1988) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1. Peta Konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat “melihat” bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep.
3. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.
4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Dari ciri-ciri peta konsep di atas terlihat bahwa peta konsep dapat memperlihatkan jalinan antara konsep yang satu dengan lainnya, dimana konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata penghubung sehingga terbentuklah proposisi. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain.
Novak dan Gowin (dalam Ebenezer, 1992) menyatakan bahwa manfaat peta konsep adalah untuk membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat pada suatu bidang studi. Gawith (1988) dan Sia. A.P. (1995) menyatakan manfaat peta konsep bagi siswa sebagai berikut:
1. membantu untuk mengidentifikasi kunci konsep, menaksir/ memperkirakan hubungan pemahaman dan membantu dalam pembelajaran lebih lanjut.
2. membatu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian.
3. membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep pembelajaran.
4. membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya.
5. mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam bentuk kata-kata.
6. membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta (yang baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya.
7. belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar.

Selanjutnya, Gawith (1988) dan Sia. A.P. (1995) menyatakan manfaat peta konsep bagi guru sebagai berikut:
1. membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih sederhana, merencanakan dan memulai suatu topik pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2. membantu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian.
3. membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep pembelajaran.
4. membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya.
5. mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam bentuk kata-kata.
6. membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta (yang baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya.
7. belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar.

Dari pendapat Gawith dan Sia. A.P di atas, terlihat bahwa peta konsep tidak hanya berguna bagi siswa saja, melainkan bagi guru juga. Jadi, strategi peta konsep dapat membuat apa yang dipelajari siswa lebih mudah diingat dan dipahami, sedangkan bagi guru dapat menjadi suatu petunjuk bagaimana menghubungkan antara konsep yang satu dengan lainnya dalam suatu rencana pengajaran.

2. Teori Konstruktivis dan Peta Konsep
Teori konstruktivis berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemprosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain. Penganut konstruktivis berpendapat guru tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuan jadi pada siswanya. Agar pengetahuan yang diberikan bermakna, siswa sendirilah yang harus memproses informasi yang diterimanya, menstrukturnya kemabali dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam proses ini, guru berperan memberi dukungan dan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide mereka sendiri dan strategi mereka dalam belajar.
Ide pokok dari teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri. Otak mahasiswa dianggap sebagai mediator, yakni memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Jadi pembelajaran merupakan kerja mental yang aktif, dan bukan menerima secara pasif pembelajaran dari guru. Beberapa prinsip teori konstruktivis menurut Driver (Suparno, 1997:49) sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun siswa sendiri, baik secara personal maupun
sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari dosen ke mahasiswa,
kecuali dengan keaktifan mahasiswa sendiri untuk menalar.
3. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
Konstruksi siswa berjalan mulus.

Menurut pendapat ahli konstruktivis di atas, dalam pembelajaran siswa diharapkan mampu membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Guru bertindak sebagai fasilisator agar proses pembentukan tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran, salah satu diantaranya menggunakan strategi peta konsep. Dalam pembelajaran ini siswa membangun pengetahuannya sendiri. Mereka tidak hanya menerima dan memantulkan kembali apa yang dijelaskan atau yang mereka baca. Siswa berusaha menemukan dan membuat sendiri struktur pemahaman dari konsep yang telah dimiliki dengan konsep yang baru.
Wheatley (1991) mereview dua prinsip utama pandangan konstruktivisme. Prinsip pertama menyatakan bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dibangun secara aktif oleh individu (Thornton & Wilson, 1993). Prinsip kedua, menyatakan bahwa fungsi kognisi adalah adaptif dan berguna dalam pengorganisasian pengalaman. Konstruktivisme menganggap pengetahuan merupakan refleksi dari realitas eksternal yang ada (Rose, 1993). Hasil interaksi terhadap realitas lingkungannya, menyebabkan siswa masuk ke kelas dengan berbagai konsep awal yang dibangun dari interaksi tersebut(Abraham et.al, 1992; Katu, 1995). Terbatasnya informasi yang diterima saat berinteraksi dengan lingkungan dan terbatasnya kemungkinan untuk menguji keunggulan pengetahuan yang dibangun, dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi (Katu, 1995).
Siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep matematika, sebelum mereka mengikuti pelajaran. Namun, terkadang konsep yang dibangun siswa menyimpang dari konsep yang benar menurut ilmuwan (miskonsepsi) (Osborne & Cosgorove, 1983; Gilbert & Watt, 1983). Oleh karena itu, apabila guru mengajar tanpa memperhatikan miskonsepsi siswa sebelum pelajaran, guru sukar berhasil menanamkan konsep yang benar (Van den Berg, 1991). Konsekwensinya, konsep awal siswa perlu diidentifikasi dan dipahami dosen, sebagi titik awal dalam perubahan konseptual (Dreyfus, et.al., 1990). Perubahan konseptual adalah proses untuk mengubah konsepsi awal siswa yang salah dengan konsep baru yang lebih sesuai atau konsisten dengan konsep ilmiah (Fisher, 1993).

3. Penelitian yang Relevan Tentang Peta Konsep
Telah banyak penelitian yang mengemukakan bahwa peta konsep sangat baik sebagai alat pembelajaran dan memberikan dampak positif bagi siswa dalam belajar mengajar kimia (Mason, 1992; Harton, 1993; Roth dan Roychoudhury, 1993; Trowbridge & Wandersee, 1994).
Berkaitan dengan pemahaman siswa, hasil penelitian Cavallo dan Schafer (1994) menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara orientasi belajar bermakna melalui penggambaran peta konsep dengan pemahaman siswa. Selain itu, dalam kegiatan pengajaran di laboratorium, Stensvold dan Wilson (1992) menyebutkan peta konsep akan meningkatkan keefektifan siswa dalam memahami konsep-konsep praktikum.
Hasil penelitian Pendley, Bretz dan Novak (1994) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa yang tidak membangun konsep-konsep dan proposisi-proposisi mengalami kehilangan dari memori secara cepat, dibandingkan jawaban siswa yang menstruktur pengetahuan dalam memori dengan membuat peta konsep untuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Sejalan dengan penelitian ini, hasil penelitian Novrianto (2000) menunjukkan bahwa prestasi dan retensi belajar siswa yang diajar dengan peta konsep memperoleh hasil yang labih baik dibanding prestasi dan retensi belajar siswa yang diajar tanpa peta konsep.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa strategi peta konsep dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami konsep yang diajarkan guru.

4. Strategi Peta Konsep yang Disertai Tugas Penulisan Jurnal
Strategi peta konsep merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran yang didasari konstruktivisme, yang digunakan guru untuk membantu siswa mengorganisasikan konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep, yakni:
1. Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan
Bahan bacaan dapat dipilih dari buku pelajaran atau bahan bacaan yang lain seperti buku catatan atau LKS.
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan.
Mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling umum ke yang paling tidak umum (khusus) atau contoh-contoh.
3. Menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan
konsep-konsep itu berdasarkan kriteria: konsep yang paling umum di puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan abstraksi yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah konsep yang lebih umum.
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu
untuk membentuk proposisi dan garis penghubung.
5. Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agae menjadi lebih baik dan berarti.
6. Dalam penskoran, peta konsep yang dibuat dalam bentuk menyatakan hubungan diberi skor 11, hirarki diberi skor 3, cabang diberi skor 7, dari umum ke khusus diberi skor 3, hubungan silang diberi skor 2, skor total 26.
(Ausubel, D.P., 1978; Novak J.D, 1984; Ault, Novak and Gowin, 1988).

Tugas Penulisan Jurnal (Journal Writing) merupakan pengembangan dari bentuk latihan yang direalisasikan dalam sebuah tulisan. Posamentier (1995:10-11) mengatakan bahwa dalam literatur psikologi diakui bahwa seseorang yang menyatakan secara verbal materi yang dipelajarinya akan mempunyai ingatan yang lebih baik, dan seseorang yang menuliskan konsep yang baru dipelajarinya mempunyai ingatan yang jauh lebih tepat dari seseorang yang tidak belajar demikian. Penulisan jurnal cukup potensial untuk mengembangkan konsep/materi yang telah diberikan guru (Galbraith dkk, 1996). Bagi siswa yang tekun mencari dan mengembangkan suatu konsep/materi dari sumber-sumber yang bervariasi dan mutakhir, penulisan jurnal akan efektif sekali (Gates, 1996). Stix (1994) menambahkan bahwa penulisan jurnal oleh siswa dapat mendorong mereka untuk mengembangkan konsep yang berguna bagi diri siswa dalam memahami konsep/materi.

G. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian tindakan ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pemahaman siswa SMU Santo Petrus pada materi Kimia Karbon.
2. Mengetahui perubahan pemahaman siswa pada materi Kimia Karbon setelah dilakukan pembelajaran menggunakan strategi Peta Konsep disertai Penulisan Jurnal.




H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Jika sejumlah tindakan yang dikembangkan dan diimplementasikan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat menyelesaikan fokus masalah penelitian, maka hasilnya diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pihak berikut.
1. Bagi siswa
a. Melatih dalam melakukan pengorganisasian terhadap konsep-konsep yang
kompleks.
b. Menumbuhkan motivasi internal dalam mata pelajaran Kimia.
c. Melatih sikap mandiri dalam belajar..
d. Membentuk sikap cermat dan teliti.
2. Bagi guru
a. Menelusuri miskonsepsi siswa akan konsep yang dipelajari.
b. Membantu untuk merencanakan instruksional pembelajaran dan evaluasinya.
c. Tidak terlalu “menggurui” siswa.
3. Bagi FKIP
a. Dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
b. Memiliki model-model pembelajaran alternatif yang kreatif.

I. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMU Santo Petrus Pontianak pada siswa kelas II. Siswa ini diberikan tes awal, dengan tujuan untuk melihat pemahaman awal siswa sebelum diajar materi kimia karbon. Hasil analisa tes awal, juga digunakan untuk rujukan penyusunan tindakan yang akan dilakukan.

2. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil analisis tes awal, dirancang alternatif-alternatif tindakan yang akan dilakukan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus atau lebih. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai. Adapun sasaran pembelajaran yang ingin dicapai setiap siklus sebagai berikut:
- Siklus 1 : strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal di sekolah.
- Siklus 2 : strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal di rumah.
- Siklus 3 : strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal di rumah atau
di sekolah.
- Siklus 4 : jika pembelajaran belum pada taraf ketuntasan yang memadai,
maka dilanjutkan siklus berikutnya.
Secara lengkap, prosedur penelitian tindakan untuk siklus pertama dapat dija-
barkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
i. Membuat skenario pembelajaran yang merujuk pada strategi peta konsep
yang disertai penulisan jurnal dalam setting konstruktivisme.
ii. Membuat lembar observasi, bertujuan untuk melihat kondisi pembelajaran
pada saat strategi peta konsep diaplikasikan.
iii. Merancang alat peraga atau chart yang relevan untuk memudahkan siswa
memahami konsep kimia karbon pada saat pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi
Peta konsep yang disertai dengan tugas penulisan jurnal dalam setting pem-
belajaran konstruktivisme.
c. Observasi
Pada tahap dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggu-
nakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini, tindakan
dilaksanakan oleh pengajar (guru) sedangkan tim peneliti lain (dosen) sebagai
observer.
d. Refleksi
Pada tahap ini, pengajar (guru) dapat merefleksi diri berdasarkan hasil analisis observasi dan diskusi pada anggota tim peneliti yang lain; untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman dan mencapai ketuntasan belajar pada konsep kimia karbon. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini, akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.


Untuk memperjelas tindakan, berikut disajikan alur penelitian tindakan kelas.


Jika belum selesai, maka lanjut ke siklus 3 dan seterusnya

3. Data dan Cara Pengambilannya
a. Sumber Data : Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas II yang
nilai rata-rata kelas untuk tes formatif mata pelajaran kimia
paling rendah dibandingkan kelas yang lain dan seluruh
anggota Tim Peneliti.
b. Jenis data : Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan
kualitatif yang terdiri dari:
1). Hasil belajar
2). Rencana Pembelajaran
3). Lembaran hasil observasi pelaksanaan pembelajaran
c. Cara Pengambilan Data
Untuk keperluan analisis, maka data diperoleh melalui hal-hal sebagai berikut:
1). Data tentang hasil belajar diperoleh melalui tes awal dan tes akhir.
2). Data tentang keterkaitan dan kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
didapat dari Rencana Pembelajaran dan lembar observasi.
3). Data tentang situasi pembelajaran pada saat pelaksanaan diperoleh melalui lembar
observasi.

4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori dan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
“ Jika guru melaksanakan strategi peta konsep disertai tugas penulisan jurnal dalam setting pembelajaran kimia karbon yang didasari konstruktivisme sesuai dengan rancangan yang telah disusun, maka pemahaman siswa terhadap konsep kimia karbon dapat meningkat”

5.Indikator Kinerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila penguasaan siswa tentang materi kimia karbon telah menxapai tingkat ketuntasan belajar minimal 75%.















6. Tim Peneliti dan Tugasnya
No. Nama T U G A S Jam Kerja
1 Peneliti 1 1) Mencari informasi di lapangan ttg permasalahan domi-
nan yg sering dihadapi oleh guru dan siswa bersama
tim peneliti lain.
2) Mencari masukan dari beberapa guru, mhs dan siswa
melalui wawancara terbuka.
3) Merumuskan masalah bersama tim peneliti lain.
4) Merancang praproposal bersama tim peneliti lain.
5) Merancang Skenario pembelajaran untuk tindakan ber-
sama tim peneliti lain.
6) Melaksanakan observasi dalam pelaksanaan tindakan
bersama tim yang lain.
7) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tindakan bersama
tim yang lain.
8) Melaksanakan analisis data dan refleksi bersama tim
peneliti lain.
9) Merancang dan menyusun laporan penelitian bersama
tim yang lain.



15 jam/
Minggu
2 Peneliti 2 1) Mencari informasi di lapangan ttg permasalahan domi-
nan yg sering dihadapi oleh guru dan siswa bersama
tim peneliti lain.
2) Mencari masukan dari beberapa guru, mhs dan siswa
melalui wawancara terbuka.
3) Merumuskan masalah bersama tim peneliti lain.
4) Merancang praproposal bersama tim peneliti lain.
5) Merancang Skenario pembelajaran untuk tindakan ber-
sama tim peneliti lain.
6) Melaksanakan observasi dalam pelaksanaan tindakan
bersama tim yang lain.
7) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tindakan bersama
tim yang lain.
8) Melaksanakan analisis data dan refleksi bersama tim
peneliti lain.
9) Merancang dan menyusun laporan penelitian bersama
tim yang lain.


15 jam/
Minggu

3 Guru/Pengajar 1) Sumber utama wawancara untuk mencari informasi ttg
permasalahan dominan.
2) Merumuskan masalah bersama tim peneliti lain.
3) Merancang praproposal bersama tim peneliti lain.
4) Merancang Skenario pembelajaran untuk tindakan ber-
sama tim peneliti lain.
5) Melaksanakan tindakan sedangkan tim yang lain seba-
gai observer.
6) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tindakan bersama
tim yang lain.
7) Melaksanakan analisis data dan refleksi bersama tim
peneliti lain.
8) Merancang dan menyusun laporan penelitian bersama
tim yang lain.



15 jam/
Minggu


J. JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Persiapan
- Koordinasi instansi terkait/perijinan x
- Survey lapangan (mencari teori & fakta
pendukung permasalahan) x
- Penyusunan & diskusi rancangan proposal
Desain x x
- Merancang draft instrumen penelitian x

2. Pelaksanaan
- Penyusunan instrumen penelitian x
- Penyusunan rancangan pembelajaran menggu-
nakan strategi peta konsep disertai tugas pe-
nulisan jurnal x x
- Pelaksanaan SIKLUS 1 x
- Perbaikan pelaksanaan Siklus 1 (hasil diskusi
keg. Observasi 1 dan refleksi 1) x
- Penyusunan rancangan pembelajaran menggu-
nakan strategi peta konsep disertai tugas pe-
nulisan jurnal x x
- Pelaksanaan SIKLUS 2 x
- Perbaikan pelaksanaan Siklus 2 (hasil diskusi
keg. Observasi 2 dan refleksi 2) x
- Penyusunan rancangan pembelajaran menggu-
nakan strategi peta konsep disertai tugas pe-
nulisan jurnal x x
- Pelaksanaan SIKLUS 3 x
- Perbaikan pelaksanaan Siklus 3 (hasil diskusi
keg. Observasi 3 dan refleksi 3) x
- Uji kemampuan materi kimia karbon x
- Wawancara pada siswa x
- Analisis Data X

3. Laporan
- Penyusunan draft laporan x
- Seminar hasil penelitian x
- Penyusunan laporan akhir x
- Penggandaan laporan x
- Pengiriman laporan x













K. PERSONALIA PENELITIAN

LAMPIRAN 1
DAFTAR PUSTAKA


Abraham, M.R. et.al. (1992). Understanding and Mis-understanding of Eighth
Graders of Five Chemistry Concept Fomed in textbook. Journal of Research in Science Teaching, 76(12), 105 – 120. New York: John Wiley & Sons.

Cavallo, A.M.L. & Schafer, L.E. (1994). Relationship Between Students Meaningful
Learning Orientation and Their Understanding of Genetics Topics.
Journal of Research in Science Teaching, 31(4): 393-418.

Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Djoyonegoro, W. (1995). Kimia Jadi Momok Karena Abstrak. Kompas12 Januari.

Ebenezer, J.V. 1992. Making Chemistry Learning More Meaningful. Journal of
Chemical Education, 69(6): 464-467.

Gawit, Gwen. (19888). Action Learning: Student Guide to Research and Informa-
tion Skill. Auckland : Longman Paul LTD.

Hadiat. (1994). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat di Indonesia. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.

Harton, B.H. (1993). An Investigation of the Effectiveness of Concept Mapping As
an Instructional Tool. Science Education, 77(1): 95 – 111.

Katu, N. (1995). Konsep Awal Siswa, Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Mereka
Atas Konsep-konsep Sains yang diajarkan Guru. Makalah: Materi Penataran dan Lokakarya Pengajaran Fisika Dasar. HEDS-IKIP Padang.

Mason, C.L. (1992). Concept Mapping: A Tool to Develop Reflective Science
Instruction. Science Education, 76(1): 51-63.

Nakhleh, M.B. (1992) Why Some Students Don’t Learn Chemistry. Journal of
Chemichal Education, 69(3): 191 – 196

Novak, J.D. (1984). Twelve-Year- Longitudinal Case Studies for Science Concept
Learning”. Science Education, 69(2).

Novrianto, Adien. (2000). Keefektifan Strategi Pengajaran Menggunakan Peta
Konsep Ditinjau dari Prestasi dan Retensi Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 7 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.


Pendley, B.D., Bretz, R.L., dan Novak, J.D. (1994). Concept Maps As a Tool To
Asses Learning in Chemistry. Journal of Chemical Education, 71(1): 9-15.

Roth, W.M. & Roychoudhury. (1993) The Concept Map As a Tool for the
Collaborative Instruction of Knowledge. A Microanalysis of High School Physics Students. Journal of Research Teaching. 30(5):503-534.

Sia, Archie P. (1995). Metacognitive Strategies for Teaching Science Concept.
Journal of Science and Mathematics Education in S.E. Asia, Volume XVIII No 1, pp 16-23.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius :
Yogyakarta.

Thornton, C.A. & Wilson, S.J. (1993). Classroom Organisation and Models of
Instructions dalam R.J. Jenson (ED). Research Ideas for Classroom: Early Chilhood Mathematics. New York: Mc-Millan.

Trowbridge, J.E. & Wandersee, J.H. 1994. Identifying Critical Junctures in Learning
in a College Course on Evaluation. Journal of Research in Science Teaching. 31(5): 459 – 473.

Van den Berg, E. (1991). Salah Konsep dan Pengelolaan Data dalam Otak
Manusia. Jogyakarta:UKSW FPMIPA.


Wheatley, G.H. (1991). Constructivist Perspectives on Science and Mathematics
Learning. Journal of in Science Teaching. NewYork:JohnWiley&Son 35(1).

















LAMPIRAN 2
RIWAYAT HIDUP

1. Ketua
a. Nama Lengkap : Dra. Eny Enawaty, M.Si
b. NIP : 131 991 234
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tempat/Tgl Lahir : Riau, 24 Mei 1966
e. Alamat : Jl.Perdana Kompleks Bali Agung II Blok E
No. 12 Pontianak
f. Jabatan Sekarang : Staf Pengajar Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Untan
g. Riwayat Pendidikan :
- Sarjana Pendidikan Kimia IKIP Jogyakarta. Tamat tahun 1991
- Master Jurusan Kimia UNHAS Ujung Pandang. Tamat tahun 1998.

h. Pengalaman Penelitian:
1) Upaya Meningkatkan Penguasaan Siswa tentang Konsep-Konsep Kimia
Melalui Strategi Peta Konsep di SMU (Tahun 2000)
2) Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Daya Ingat Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif-Konstruktivisme Disertai Tugas Penulisan Jurnal
Pada Mata Kuliah Kimia Dasar I (Tahun 2003)

1. Anggota
a. Nama Lengkap : Dra. Hairida, M.Pd
b. N I P : 131 930 096
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tempat/Tgl Lahir : Pontianak/6 Nopember 1966
e. Alamat : Jl. Parit.H.Husin II AA.24 Pontianak
f. Jabatan Sekarang : Staf pengajar Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Untan
g. Riwayat Pendidikan :
- Sarjana Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Pontianak. Tamat Tahun
1990.
- Master Jurusan Pendidikan IPA (Kimia) IKIP Bandung (UPI Bandung).
Tamat tahun 1997.
h. Pengalaman Penelitian :
1) Upaya Meningkatkan Penguasaan Siswa tentang Konsep-Konsep Kimia
Melalui Strategi Peta Konsep di SMU (Tahun 2000)
2) Penerapan Pendekatan Mengajar STS yang Didasari Konstruktivisme
dalam Pengajaran Kimia Di SMU (Tahun 2001)
3) Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Daya Ingat Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif-Konstruktivisme Disertai Tugas Penulisan Jurnal
Pada Mata Kuliah Kimia Dasar I (Tahun 2003)


2. Anggota
a. Nama Lengkap : Fransisca Sri Mulyani
b. N I P :
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tempat/Tgl Lahir : Surakarta/19 Maret 1971
e. Alamat : Jl. Dr. Sutomo Gg.Sarikaton No.56 Pontianak
f. Jabatan Sekarang : Staf pengajar di SMU Santo Petrus Pontianak

g. Riwayat Pendidikan :
- Sarjana Pendidikan Kimia FKIP UNS Solo. Tamat Tahun 1995.

h. Pengalaman Penelitian :
- Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Kimia Melalui Pembelajaran
Kooperatif pada Pokok Bahasan Persamaan Reaksi Bagi Siswa SMU Santo
Petrus Pontianak.
















LAMPIRAN 3

ANGGARAN DANA PENELITIAN


I. Biaya Persiapan
a. Fotocopy, pengumpulan teori dan fakta pendukung masalah Rp. 200.000,00
b. Transport rapat persiapan, penentuan jadwal, dll; utk 3 orang Rp. 60.000,00
c. Menyusun rancangan proposal penelitian Rp. 60.000,00
d. Merancang draft instrumen Rp. 75.000,00
e. Konsumsi rapat Rp. 45.000,00
f. Biaya koordinasi dengan pihak terkait di lapangan Rp 75.000,00

Jumlah Biaya Persiapan Rp 515.000,00



II. Biaya Operasional
Perincian berikut berlaku untuk setiap siklus
1. Perencanaan Tindakan
a. Observasi awal; transport 3 peneliti @ Rp 20.000 Rp 60.000,00
b. ATK untuk observasi Rp. 40.000,00
2. Rapat Tim Peneliti 3 orang
a. Transport @ Rp 20.000 Rp. 60.000,00
b. Konsumsi @ Rp 10.000 Rp. 30.000,00
3. Pembuatan instrumen penelitian
a. Transport pembuatan pemb.koperatif dgn penulisan jurnal
oleh 3 peneliti @ Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
b. Pembuatan instrumen observasi oleh 3 peneliti
@Rp 40.000,00 Rp. 120.000,00
c. Pembuatan instrumen tes oleh 3 peneliti @Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
4. ATK
a. Kertas duplikator 2 rim @ Rp. 15.000 Rp. 30.000,00
b. Pita//Catridge printer Rp. 40.000,00
c. Spidol, kertas, buku tulis, plastik transparan Rp. 35.000,00
5. Biaya implementasi tindakan
a. Honor pengajar Rp. 120.000,00
b. Biaya observasi dan Evaluasi utk 3 peneliti @Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
c. Transport observ. & eval. utk 3 peneliti @ Rp.40.000,00 Rp. 120.000,00
6. Biaya analisis dan refleksi
a. Transport & konsumsi tabulasi data ; 3 org @Rp.75.000,00 Rp. 225.000,00
b. Transport & konsumsi analisis data1; 3 org @Rp.75.000,00 Rp. 225.000,00
c. Transport & konsumsi analisis data2; 3 org @Rp.75.000,00 Rp. 225.000,00

Jumlah biaya operasional 1 siklus Rp. 1.690.000,00

I. Biaya operasional untuk 4 siklus @ Rp 1.380.000,00 Rp. 6.760.000,00
II. Biaya Operasional Rp. 1.690.000,00
III.Biaya Pelaporan










III. Biaya Pelaporan
1. Penulisan draf laporan 4 bab- 7 hari x 3 orang @Rp40.000,00 Rp. 840.000,00
2. Penggandaan naskah laporan utk seminar lokal 30 eks
@Rp10.000,00 Rp. 300.000,00
3. Konsumsi seminar 30 orang @ Rp 12.500,00 Rp. 375.000,00
4. Transport peserta seminar 30 orang @ Rp 10.000,00 Rp. 300.000,00
5. Pembelian ATK seminar Rp. 135.000,00
6. Penyebaran dan penggandaan undangan serta surat-surat lain Rp. 80.000,00
7. Transport 3 orang panitia @ Rp 30.000,00 Rp. 90.000,00
8. Perbaikan draf laporan 2 hari x 3 peneliti x Rp. 25.000,00 Rp. 150.000,00
9. Penggandaan, penjilidan, pengiriman laporan
25eks x Rp.15.000,00 Rp. 375.000,00
10. Pembuatan artikel hasil penelitian Rp. 80.000,00

Biaya Pelaporan Rp. 2.725.000,00

Garis besar biaya yang diperlukan:
I. Biaya Persiapan Rp. 515.000,00
I. Biaya operasional untuk 4 siklus @ Rp 1.380.000,00 Rp. 6.760.000,00
III.Biaya Pelaporan Rp. 2.725.000,00


Total dana penelitian yang diperlukan Rp. 10.000.000,00

Pontianak, 13 Pebruari 2003 Mengetahui,
Ketua





Dra. Hairida, M.Pd
NIP. 131 930 096












CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Dra. Hairida, M.Pd
N I P : 131 930 096
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Pontianak/6 Nopember 1966
Alamat : Jl. Parit.H.Husin II AA.24 Pontianak
Jabatan Sekarang : Staf pengajar Jurusan PMIPA FKIP

Riwayat Pendidikan
1. Sarjana Pendidikan Matematika FKIP UNTAN PTK Tahun 1990.
2. Master PMIPA IKIP Bandung (UPI Bandung), Tamat tahun 1997.

Pengalaman Penelitian
3. Penggalian Penguasaan Guru tentang Konsep-Konsep Matematika Melalui
Penyusunan Peta Konsep di Sekolah Menengah Umum (Tahun 2000)
4. Bekal Awal Mahasiswa Tahun Pertama dalam Mata Kuliah Kalkulus Pada
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN (Tahun 2001)
5. Penalaran Mahasiswa tentang Matematika Dasar Pada Program Studi Pendidikan Matematika (Tahun 2001)
6. Penerapan Model Mengajar Koperatif-STAD yang Didasari Konstruktivisme
Pada Siswa SMU Negeri 6 PONTIANAK (Tahun 2002)


Pontianak, 13 Pebruari 2003
Yang membuat pernyataan:


Dra. Hairida, M.Pd





HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
___________________________________________________________________________
1. Judul Penelitian :
Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Strategi Peta Konsep Disertai Tugas Penulisan Jurnal Dalam Setting Pembelajaran Konsep Kimia Karbon yang Didasari Konstruktivisme
(Penelitian Kolaboratif Jurusan P.MIPA FKIP Untan dan SMU Negeri 7 Pontianak)
b. Bidang Ilmu : Pendidikan Kimia
c. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Eny Enawaty, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131991234
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan MIPA
f. Universitas/Institut : Tanjungpura
3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 (dua) orang
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Hairida, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata TK I/IIId/131930096
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Universitas/Fakultas/Jurusan : Tanjungpura /KIP/Pendidikan MIPA
4. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dede Hidayat, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131805090
d. Jabatan Fungsional : -
e. Nama Sekolah : SMU Negeri 7 Pontianak
5. Kerjasama dengan Institusi lain :
a. Nama Institusi :-
b. Alamat :-
c. Telepon/Faks/e-mail :
6. Lama Waktu Penelitian : 10 (sepuluh) bulan
7. Biaya Penelitian yang diperlukan :
a. Sumber dari Depsiknas : Rp. 10.000.000,-
b. Sumber lain : -
__________________________________________________________________________________________
Pontianak, 26 Januari 2004
Mengetahui:
Kepala SMU Negeri 7 Pontianak Ketua Peneliti,




(Drs. Abdurrakhim) (Dra. Eny Enawaty)
NIP. 131121030 NIP. 131991234
Mengetahui:
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Tanjungpura,



(Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc)
NIP. 130924553
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
___________________________________________________________________________
1. Judul Penelitian :
Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Strategi Peta Konsep Disertai Tugas Penulisan Jurnal Dalam Setting Pembelajaran Konsep Kimia Karbon yang Didasari Konstruktivisme
(Penelitian Kolaboratif Jurusan P.MIPA FKIP Untan dan SMU Negeri 7 Pontianak)
b. Bidang Ilmu : Pendidikan Kimia
c. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Eny Enawaty, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131991234
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan MIPA
f. Universitas/Institut : Tanjungpura
3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 (dua) orang
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Hairida, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata TK I/IIId/131930096
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Universitas/Fakultas/Jurusan : Tanjungpura /KIP/Pendidikan MIPA
4. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dede Hidayat, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc/131805090
d. Jabatan Fungsional : -
e. Nama Sekolah : SMU Negeri 7 Pontianak
5. Kerjasama dengan Institusi lain :
a. Nama Institusi :-
b. Alamat :-
c. Telepon/Faks/e-mail :
6. Lama Waktu Penelitian : 10 (sepuluh) bulan
7. Biaya Penelitian yang diperlukan :
a. Sumber dari Depsiknas : Rp. 10.000.000,-
b. Sumber lain : -
__________________________________________________________________________________________
Pontianak, 26 Januari 2004
Mengetahui:
Kepala SMU Negeri 7 Pontianak Ketua Peneliti,




(Drs. Abdurrakhim) (Dra. Eny Enawaty)
NIP. 131121030 NIP. 131991234
Mengetahui:
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Tanjungpura,



(Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc)
NIP. 130924553






Sutrisno. (1996). Pendidikan di Indonesia Perspektif dan Antisipasinya. Suara Merdeka. h.7.